Pada mulanya kita membuka cerita
dengan secangkir kopi di malam hari
Kepulan panas membunuh dingin tubuhmu
dan beku yang bermusim-musim telah bermukim
Perlahan mengalir dari bibirmu
Kisah serupa pekat kopi hitam
dan pahit yang menggenang sepanjang perjalanan
Tuturmu pun tenggelam bersama dendam
Teguk dulu kopimu
biar larut duka di situ
Kita belajar lagi memunguti rindu
yang pernah dibekap sepasang mata penipu
Seruput kopimu selagi panas
Ia serupa bahuku yang memberi hangat
Yang terbujur sepi adalah mereka semua
tanpa secangkir kopi di pagi hari
(22 Oktober 2016)
0 Komentar